(disarikan dari buku Kamasutra, Penerbit Bentang Budaya, Yogyakarta, Juli 2003, 424 halaman, yang merupakan terjemahan  dari The Kamasutra of Vatsyayana )

KAMASUTRA, diakui sebagai karya klasik tentang keterampilan dan seni seks dalam bercinta. Buku ini sudah ditulis pada abad ke-3 M. Banyak menganalisis teknik-teknik seksual sambil berkomentar tentang situasi-situasi yang ditemui oleh laki-laki dan perempuan masa itu. Lalu, ada kebutuhan memberi nasihat bagaimana semestinya menanggapi situasi itu. Dan, Kamasutra ini daya tariknya karena berusaha menemukan cara-cara terbaik untuk mencapai kebahagiaan dan kenikmatan.

 

Sir Richard Burton dan FF Arbuthnot menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diakui sebagai karya klasik bergaya Victorian. Melalui terjemahan itu setidaknya ada pengenalan pada dunia Barat mengenai sebuah risalah India kuno tetapi gayanya yang renyah dan bermartabat menetapkan sebuah standar. Buku ini berasal dari sana. Buku terjemahan yang sangat monumental ini terbit pertama kali tahun 1883.

 

Buku ini terdiri tujuh bagian. Antara lain memaparkan bagaimana persekutuan seksual, kemahiran seorang istri, tentang seorang istri, tentang istri-istri laki-laki lain, tentang perempuan tuna susila dan berbagai cara membuat orang lain tertarik pada diri Anda. Masing-masing bagian direntang lagi dalam beberapa bab. Sehingga, Kamasutra seakan menjadi kamus kehidupan tentang hukum-hukum seks.

 

Karya klasik ini memang terus bertahan. Ada upaya mengangkat karya klasik ini menjadi sebuah film. Ada beberapa versi film, tetapi kesemuanya menarik ditonton. Mengapa persoalan seks atau percintaan itu selalu menarik? Mungkin karena itu semua merupakan bagian dari kehidupan kita. Kita tak bisa menghindarkan diri dari hal tersebut. Sehingga, bila ada karya yang sangat klasik tetapi mengungkap persoalan tersebut, kita ingin membandingkannya — atau ada pula yang ingin menerapkannya.

 

Karena semacam sebuah kamus seks, di sana juga disebutkan perlunya mak comblang. Ketika seorang perempuan telah memperlihatkan cintanya atau nafsunya, perantara itu sangat penting perannya bagi laki-laki untuk mendekatinya. Para perantara ini membiarkan dirinya menjadi kepercayaan dari perempuan itu dengan bertindak sesuai dengan kepribadiannya. Si perantara tadi juga harus bisa membuat, misalnya perempuan itu jadi tertarik pada sang laki-laki. Di samping itu, ada pula bab yang mengupas tentang berkenalan, bentuk rasa dengan perlambang dan perbuatan nyata. Tentang perempuan yang berperan sebagai laki-laki dan tentang tugas laki-laki, juga dibicarakan.

 

Jadi, buku ini tampaknya ditulis atas kehendak Yang Maha Kuasa untuk kepentingan dunia. Misalnya bagi kaum remaja, persoalan ciuman yang dibahas dalam buku ini akan menarik karena ternyata ada tiga jenis ciuman. Yakni ciuman ringan, ciuman dengan penuh gairah dan ciuman yang melenakan. Ciuman ringan itu ketika seorang gadis hanya menyentuh bibir kekasihnya dengan kedua bibirnya sendiri tetapi ia tak melakukan apa-apa. Bila ada pengesampingan rasa malu dengan menggerakkan bibir bawah tapi atasnya tidak, itulah ciuman penuh gairah. Ya, buku ini akhirnya juga menjadi sebuah ajaran hidup yang menarik, tak sekadar seksologi.